Karapan Sapi atau Kerapan Sapi pasti sudah tidak asing lagi di telinga
banyak orang Indonesia. Karapan Sapi merupakan budaya asli dari tanah
Madura yang sudah dikenal sejak abad ke-14 M. Pada zaman dahulu sapi
merupakan satu-satunya alat Transportasi tercepat yang ada di Madura dan
banyak digunakan oleh masyarakat , khususnya masyarakat elite atau
kerajaan. Karapan Sapi ini merupakan salah satu contoh budaya dan
hiburan bagi masyarakat Madura yang telah turun temurun dilaksanakan.
Karapan Sapi menurut wikipedia :
sebuah istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari
Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang
menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan
pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan
pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100
meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai
satu menit.
Karapan sapi sendiri menurut masyarakat Madura adalah adu balap sapi
jantan menggunakan kaleles. Kaleles disini merupakan sarana pelengkap
untuk dinaiki joki/sais yang menurut istilah Madura disebut tukang
tongkok. Sapi-sapi jantan yang akan dipacu dipertautkan dengan pangonong
pada leher-lehernya sehingga menjadi satu pasangan. Untuk pasangan sapi
kerrap yang berada di sebelah kanan disebut pangluar dan yang sebelah
kiri disebut pangdelem. sedangkan orang yang menahan tali kekang sapi
sebelum dilepas disebut tukang tambeng. Tukang Getak merupakan orang
yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba dapat melesat dengan
cepat. Tukang Tonja merupakan orang yang bertugas menarik dan menuntun
sapi saat perlombaan. Tukang Gubra adalah anggota rombongan yang
bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi kerrap.Karapan
Sapi tidak serta merta ada di Madura. Ada beberapa versi tentang asal
usul Karapan Sapi ini. Versi pertama mengatakan bahwa karapan sapi telah
ada di Madura sejak abad ke-14. Waktu itu karapan sapi digunakan untuk
menyebarkan agama islam oleh seorang Kyai yang bernama Pratanu. Versi
yang lain juga mengatakan bahwa karapan sapi diciptakan oleh Adi Poday,
yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad
ke-14. Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di
bidang pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu
menjadi maju. Salah satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan
pertanian yang diajarkan oleh Adi Poday adalah dengan menggunakan sapi.
Sehingga lama-kelamaan karena banyaknya petani yang menggunakan sapi
untuk membajak sawahnya secara bersamaan, maka timbullah niat para
petani untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Dan, akhirnya
perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga lomba adu
cepat yang hingga saat ini disebut .
Karapan Sapi dan Sapi Kerrap merupakan dua hal yang berbeda. Orang
Madura memberi perbedaan antara Karapan sapi dan Sapi kerrap ini.
Karapan sapi adalah sebuah even adu pacu sapi jantan dalam keadaan
bergerak, berlari dan dinamis. Sedangkan Sapi kerrap adalah sebutan
untuk sapi jantan yang diperlombakan itu sendiri, baik satu sapi maupun
lebih. Adanya perbedaan ini adalah untuk membedakan antara sapi kerrap
dengan Sapi Biasa serta Sapi Sono.
Macam-macam Karapan Sapi
Kerrap Keni (Karapan kecil) merupakan karapan sapi yang levelnya
se-tingkat Kecamatan saja dengan jarak tempuh sekitar 110 meter.
Pemenangnya berhak untuk mengikuti even karapan yang levelnya lebih
tinggi lagi.
Kerrap Rajah (Karapan besar) merupakan karapan sapi yang levelnya
se-tingkat Kabupaten saja dan pesertanya adalah dari para juara Kerrap
Keni dengan jarak tempuh sejauh 120 meter.
Kerrap Karesidenan (Gubeng) merupakan karapan sapi yang levelnya tingkat
karesidenan yang diikuti oleh juara-juara dari empat kabupaten di
Madura. Tempatnya adalah di Bakorwil Madura yaitu di kabupaten Pamekasan
dan tepatnya pada hari Minggu yang merupakan acara puncak untuk
mengakhiri musim karapan.
Kerrap Onjangan (Karapan undangan) merupakan karapan sapi khusus yang
pesertanya berasal dari undangan suatu kabupaten yang
menyelenggarakannya. Karapan ini biasanya diadakan untuk memperingati
hari-hari besar tertentu atau peringatan syukuran dan sejenisnya.
Kerrap Jar-ajaran (Karapan latihan) merupakan karapan yang dilakukan
hanya untuk melatih sapi-sapi kerap sebelum turun ke even yang
sebenarnya.
Karapan Sapi dalam penentuan juaranya adalah di ambil masing-masing 3
Juara, yaitu 3 juara dari golongan menang dan 3 juara dari golongan
kalah.
Perawatan Sapi Kerrap
Karapan Sapi memerlukan sapi-sapi kerrap yang benar-benar masuk kategori
super. dan tidak sembarangan dalam pemilihannya. Pemilahan sapi kerrap
yang cocok untuk karapan biasanya dibedakan sejak sapi berumur 3-4
bulan. Setelah itu sejak umur 10 bulan sapi mulai dilatih tiap satu
minggu sekali dan tidak lupa diberi jamu kurang lebih 25 butir telur dan
3 botol hemaviton tiap malam, tidak lupa juga dipijat dan dimandikan
dua kali sehari.
Sedangkan untuk masalah makanan yang diberikan setiap hari berupa rumput
segar dan minuman berupa air hangat sebanyak satu ember. Dan jangan
sampai mengawinkan sapi yang akan dikerap ini, apabila sampai dikawinkan
mungkin sapi ini akan loyo saat perlombaan
apabila sapi sudah menginjak dewasa sapi-sapi kerrap ini bisa diikut
sertakan dalam perlombaan karapan sapi. Begitupun dengan perawatannya,
penambahan jamu menjadi 75 butir telur (bahkan lebih) tiap malamnya,
serta mengurangi makanan untuk menghindari kegemukan dan sapi menjadi
sehat.
Persiapan dan ritual yang dilakukan sebelum perlombaan di mulai
Sebelum dimulai alat-alat yang harus disiapkan diantaranya : kaleles,
pangonong, tali pengikat, joki/sais, cambuk, kalung, selendang, air,
ember (tempat jamu) serta saronen (alat musik tiup madura) dengan jumlah
sembilan orang menggunakan pakaian adat madura.
Sebelum lomba dimulai, sapi-sapi ini akan di warm up atau pemanasan
terlebih dahulu dengan mengelilingi lapangan yang diiringi oleh saronen,
gendang, kelenong dan sebagainya sambil ngijung dan menari (penari
remaja).
Beberapa menit sebelum dimulai, sapi kerrap tersebut dimandikan kemudian
di olesi dengan spiritus yang sudah dicampur balsem dan jahe yang sudah
ditumbuk halus. Selain itu sapi juga diberi minuman seperti obat kuat
,ramuan dan jamu rahasia lainnya agar sapi-sapi ini bisa berlari kencang
dan kuat. Kaki-kakinya pun dipijat supaya tidak tegang saat perlombaan.
Selain sapi kerrap, pemilik sapi juga melakukan ritual khusus untuk
menjaga sang sapi agar bisa memenangkan lomba. Karena pemilik sapi
berkeyakinan dengan ritual tersebut dapat membebaskan sapi dari serangan
gaib pihak lawannya sehingga perlombaan dapat dilakukan dengan kekuatan
sebenarnya. Namun ada juga yang beranggapan ritual pemilik sapi juga
dapat menambah kekuatan dari sapinya.
Anehnya para pemilik sapi ini merasa bahwa hadiah yang dimenangkan nanti
bukanlah tujuan utamanya. Melainkan kepuasaan dan gengsi yang didapat
apabila memenangkan perlombaan karapan sapi ini. Selain itu juga bisa
meningkatkan nilai jual sapi yang menjadi juara karapan sapi ini.
Selain sapi yang merupakan faktor utama untuk memenangkan karapan sapi,
joki/sais yang biasa disebut tukang tongko juga sangat penting
posisinya. Selain bertugas mengarahkan lari sapi-sapi jantan yang melaju
kencang, joki juga harus bisa memegang kendali dari garis start,
menapakkan dan menyelipkan kaki diantara kayu (kaleles) yang ditarik
oleh sapi itu sendiri. Keterampilan lainnya adalah kemampuannya untuk
melepas tali kekang dan meraih kayu yang melintang pada kepala sapi
apabila telah tiba pada garis finish. Hal ini dimaksudkan agar sapi
dapat berhenti dan tidak lagi berlari dengan liar.
Nilai-nilai dan korelasi islam dalam Karapan sapi
Karapan Sapi Secara tidak langsung tersirat beberapa nilai-nilai moral yang terkandung diantaranya :
Nilai kerja keras
tercermin dalam proses pemilihan dan pelatihan sapi sehingga menjadikan
sapi kerrap itu kuat dan tangkas. Untuk menjadikan seekor sapi seperti
itu tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kerja keras agar bisa
menjadi juara.
Nilai kerja sama
tercermin dalam proses permainan atau perlombaan karapan itu sendiri.
Yang mana semua elemen baik pemilik sapi, dan beberapa anggota lainnya
saling bekerja sama agar tercipta sebuah keharmonisan antara sapi, joki
dan anggota lainnya.
Nilai persaingan
tercermin dalam proses selama dalam arena karapan sapi. Persaingan
menurut Koentjaranigrat (2003: 187) adalah usaha-usaha yang bertujuan
utnuk melebihi usaha orang lain. Dalam konteks ini para peserta
permainan karapan sapi berusaha sedemikian rupa agar sapi kerrap-nya
bisa berlari cepat dan mengalahkan lainnya.
Nilai ketertiban
tercermin dalam proses permainan karapa sapi itu sendiri. Permainan apa
saja termasuk karapan sapi ketertiban sangat diperlukan oleh seluruh
peserta dan dengan sabar untuk menunggu giliran sapi-sapinya untuk
diperlagakan. Begitupun dengan penonton juga mematuhi aturan-aturan yang
berlaku agar perlombaan berjalan lancar dan aman.
Nilai Sportivitas
tercermin tidak hany dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang
saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan
lapang dada.
Menurut pandangan islam, Karapan Sapi yang awalnya dulu digunakan untuk
menyebarkan agama islam oleh seorang kyai, Kini disalahgunakan bahkan
harus menyakiti dan melukai sapi yang digunakan untuk karapan ini.
Segala cara dilakukan agar sapi yang dijagokan dapat memenangkan
Karapan. Sedangkan dalam islam penyiksaan terhadap hewan merupakan
larangan keras bahkan bisa disebut haram untuk dilakukan. hukum syariat
islam dalam Sabda Rasulullah SAW telah memerintahkan pada ar-Rifqu Bil
Hayawan agar tetap melarang karapan sapi ini bila masih menggunakan
kekerasan dan penyiksaan terhadap sapi-sapinya. Namun terdapat istilah
dalam islam yaitu al-adatu muhakkamatun (adat kebiasaan itu bisa
dijadikan hukum) yang secara tidak langsung memperbolehkan even karapan
sapi ini.
Bagaimana pendapat anda menanggapi ini semua..?? Pro ataukah Kontra??
Selama semua yang dilakukan dalam batas kewajaran dan tidak melanggar
norma Agama Al-Qur’an dan Al-Hadits, maka semua ikhtiar yang dilakukan
dalam Karapan Sapi ini Insya Allah Legal dan Halal.
Karapan Sapi dan Keunikannya
Kebanyakan para Wisatawan Asing dan Lokal menyebutkan Istilah Karapan
Sapi ini dalam Bahasa Inggris adalah BULL RACE. padahal rakyat Madura
sendiri benar-benar tidak mau Karapan Sapi harus dinamakan Bull Race
oleh orang asing. kenapa tidak dijadikan bahasa baku standart yang
diakui dan digunakan di seluruh dunia bahwa Karapan Sapi dalam bahasa
apapun tidak perlu dirubah agar budaya Karapan Sapi ini juga tetap alami
dan tetap lestari sebagai Budaya Asli dari Indonesia khususnya dari
Tanah Madura.
Jangan lupa apabila anda sedang berwisata ke Indonesia datanglah ke
Madura, Dan saksikan arena adu sapi bergengsi di Madura yaitu Karapan
Sapi. Untuk jadwal perlombaannya akan saya posting di blog ini beberapa
bulan sebelum perhelatan lomba berlangsung. Go KARAPAN SAPI
Don’t forget when you travel to Indonesia came to Madura, and saw the
cow fighting arena in Madura namely the prestigious Karapan Sapi. For
race schedule will be my posting on this blog a few months before the
race event. Go KARAPAN SAPI
Karapan Sapi dan Lomba Semi SEO HUT PLAT-M #2
Pada Ulang Tahunnya yang kedua PLAT-M mengadakan lomba Semi SEO
bertemakan Karapan Sapi. Tema ini dipilih karena plat-m ingin memperkaya
konten positif tentang madura dan mulai menduniakan madura dengan
Karapan Sapinya. artikel ini didedikasikan untuk lomba Semi SEO dan
Madura pada umumnya. Lomba Semi SEO ini didukung oleh BloggerNusantara
dan IdBlogNetwork.
Sumber foto 1 : Karapan Sapi 2009 Juara 1 Piala Presiden/Gubeng 2009 - Julukan Sapi Lek-Kolek (Pamekasan)
Sumber foto 2 : http://tentangmadura.com/kerapan-sapi-piala-presiden-2010/
Karapan Sapi Juara 1 Piala Presiden/Gubeng 2011 - Julukan Sapi JET MATIC (Sampang)